Kamis, 09 Juni 2016

Materi pai HADIST TARBAWI 2 ( pendidik yang bersikap adil)



PENDIDIK BERSIKAP ADIL
TERJEMAHAN HADIS
Dari nu’man bin Bashir r.a bahwa ayahnya datang membawanya kepada rosululloh Saw dan berkata : sesungguhnya saya telah memberikan seorang budak (pembantu)  kepada anakku ini. “maka rosululloh Saw bertanya : apakah semua anakmu kamu beri budak seperti ini ?. ayah menjawab “tidak”. Rosululloh Saw lantas bersabda “tariklah pemberianmu itu.” (HR. Mutaqun alaih).
PENJELASAN HADIS
Hadits diatas menjelaskan pengajaran nabi terhadap seorang bapak agar bertindak seadil-adilnya terhadap anak-anaknya. Seorang bapak di dalam rumah tangga ialah sebagai pendidik terhadap keluarganya harus bersikap adil baik dalam sikap, ucapan, dan segala tindakan. Karna sikap adil , punyai pengaruh yang besar dalam pembinaan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Tindakan adil dari orang tua atau dari seorang pendidik merupakan pendidikan terhadap anak-anaknya.
Ketika Nu’ma bin Al-bashir minta persaksian itu di tanya oleh rosulullo saw : “ Apakah semua anakmu kamu beri pembantu seprti ini” dalam satu riwayat beliau bertanya ?:
Apakah kamu berbuat seperti itu kepada semua anakmu ?” pernyataan ini sudah mengharuskan pemberian orang tua terhadap anak itu harus semua dan sama. Semua artinya semua anak, jika salah satunya di beri sesuatu yang lain pu harus di beri pula dan jika tidak di beri satu tidak di beri semua. Adapun sama artinya pemberian pun harus sama, kalau salah stunya di beri satu petak rumah yang lain pun harus sama. Tidak boleh salah satunya di beri dua petak rumah atau rumah gedung, sedang yang lain tidak. Ketidak adilan dalam pemberian akan memicu pertikaian dan perkelahian dalam keluarga.
Ketika Bashir di tanya apakah semua anakmu kamu beri pembantu yang sama ? jawabannya “tidak” maka rosululloh bersabda : tariklah kembali pemberianmu itu. Artinya pemberi bantuan orang tua tersebut harus di minta kembali, karna terjadi kecurangan atau ketidak adilan yaitu bantuan hanya di berikan kepada seorang anak saja sementara yang lain tidak.
Dalam redaksi hadits, perintah keadilan terhadap anak, di dahului perintah takwa kepada Alloh redaksi ini menunjukan betapa pentingnya sikap adil di tengah-tengah mereka yang di jadikan sebagai tanda orang yang takwa kepada Alloh.  Pemberian atau hibbah memang tidak sama dengan harta warisan. Perbedaannya antara lain :
a.       Hibah di berikan pada saaat orang tua masih hidup sedangkan waris di bagi dan di miliki pada saat orang tua telah meninggal dunia.
b.      Hibah di berikan harus pada semua anak dan sama bagiannya sedangkan harta waris di bagikan semua anak tetapi tidak harus sama yang di atur dalam islam.

Keadilan terhadap anak di maksudkan anak mempunyai hak yang sama baik dalam hobah, nafkah, pendidikan, dan lain-lain maupun dalam menerima harta waris. Jika adil di artikan hak yang sama makqa pembagian waris, nafkah, kesehatan dan pendidikan tidak harus sama di berikan kepada anak kecuali hibah. Adil disini adalah pelayanan anaka sesuai dengan kebutuhan bahkan kalau  di samakan pelayanannya yang kecil dan yang besar, yang sehat danyang sakit malah tidak adil namanya karena di luar kebutuhan. Demikian juga, dalam pembagian harta  waris di sesuaikan dengan beban anak laki laki yang lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki laki mempunyai beban tanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya sedang anak perempuan di tanggung hidupnya oleh kepala keluarganya. Perbuatan baik dari anak-anak akan tumbuh dari keadilan orang tua terhadap mereka.oleh karena itu, keadilan orang tua sebenarnya merupakanpendidikan terhadap anak.
Demikian juga keadilan seorang guru terhadap murid muridnya selalu di tuntut sebagaimana keadilan orang tua terhadap anak-anaknya. Guru harus adil terhadap anak didiknya dalam pelayanan kependidikan dan kepengajaran, tidak boleh membeda-bedakan antara satu dan lainnya. Semua harus di layani dengan sikap dan penilaian yang sama tidak ada bedanya anatara anaknya orang kaya dan yang tidak kaya, antara anak pejabat dan anak rakyat biasa, antar yang cantik ganteng dan tidak cantik ganteng dan seterusnya. Keadilan seorang guru dalam kelas akan menumbuhkan sussasana kondusif dan merupakan pendidikan terhadap mereka.

PENGASIH DAN ADIL

TERJEMAHAN HADIS

Dari Aisyah r.a berkata : “ada seorang perempuan miskin datang kepadaku dengan membawa kedua anak perempuannya, maka saya berikan kepadanya 3 butir biji kurma.
Ia memberikan kepada masing-masing anaknya sebutir biji kurma dan yang sebutir lagi sudah ia angkat ke mulutnya untuk di makan tetapi tiba-tiba diminta oleh kedua anaknya juga, ia lalu membelah biji kurma yang akan di makannya itu dan di bagi kepada kedua anaknya itu. Saya sangat kagum melihat perilaku perempuan itu kemudoan saya ceritakan kepada rosululloh saw peristiwa yang dilakukan wanita itu lantas beliau bersabda : “sesungguhnya alloh telah menentukan syurga baginya atau ia di bebaskan dari api neraka lantaran perbuatannya itu.” (HR. Muslim).

PENJELASAN HADITS

Hadits diatas menjelaskan ibu yang bijak, adil, dan penuh kasih sayangtentu membaginya secara sama, satu butir kurma itu di belah menjadi dua dan di bagi untuk berdua, dirinya rela tidak kebagian. Begitu jiwa kasih sayang seorang ibu yang rela mengorbankan dirinya demi kesenangan dan kesejahteraan anak – anaknya, padahal masih ada kesempatan untuk dirinya andai kata sebutir kurma itu di belah menjadi tiga. Tetapi seorang ibu ini benar-benar tulus dan sayang rosululloh bersabda : sesungguhnya Alloh telah menentukan syurga baginya atau ia di bebaskan dari api neraka lantaran perbuatannya itu.:
Pahala orang yang bersikap sayang dan adil terhadap anak-anaknya adalah masuk syurga dan selamat dari api neraka.
Kasih sayang seorang guru dalam pembelajarannya sama dengan kasih sayang orang tua terhadap anaknya dalam rumah tangga, sebab guru di sekolah bagaikan orang tua terhadap anaknya sendiri. Bedanya orang tua mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan sedangkan guru mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan.
Hadits riwayat abu Dawud dalam bab toharoh menjelaskan perlunya kasih sayang guru sebagaimana kasih sayang orang tua. Umar bin Al-khotob memberi pelajaran kepada kita bahwa orang tua dan pendidik perlu mempunyai sifat kasih sayang kepada anak-anak keluarga dan anak didiknya, bergaul yang menyenangkan sehingga anak-anak terdidik dengan baik tidak penakut dan tidak minder menghadapi orang lain.
Kasih sayang seorang pendidik tidak harus mengorbankan dirinya atau mengorbankan anak didik, sehingga menjadi tidak hormat atau kurang ajar terhadap guru. Kepribadian guru yang baik menurut sebagian ahli didik adalah guru yang mencintai anak didik, penuh rasa tanggung jawab dan penuh objektif serta bersikap ramah adil dan jujur menuju kesejahteraan anak didik. Pendidik yang sangat erat hubungannnya dengan anak didik akan mengakibatkan hilangnya kewibawaan dari pada pendidik. Adapun pendidik yang sangat keras akan di takuti oleh anak didik dan membuat prustasi dan tidak semangta belajar.

PENYAMPAI ILMU

TERJEMAHAN HADITS

Dari abu huroiroh r.a berkata “barang siapa yang datnya sesuatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka ia pada hari kiamat dikendalikan dengan tali kiendali dari api neraka.” (HR. Abu Daud dan Attirmidzi).

PENJELASAN HADITS

Di antar sifat guru yang baik adalah menyebar luaskan ilmu melalui pengajaran, pembelajaran, menulis buku, internet, dan lain lain. Ilmu hendaknya di konsumsi oleh semua umat manusia secara luas, agar manfaatnya lebih luas dan masyarakat mendapat pancaran sinarnya ilmu. Kewajiban seorang alim adalah menyampaikan ilmu kepda orang lain di samping mengamalkannya untuk di ri sendiri.
Maksud sampaikanlah ilmu dari nabi walaupun sedikit sesuai dengan kemampuan, atau sesuai dengan kemampuan yang di miliki atau sesuai ilmu yang di ketahuinya. Menyampaikan ilmu wajib dan menyimpannya perbuatan dosa. Tugas guru adalah penyampai ilmu, penyampai ayat, dan penyampai hadits, tidak boleh menyimpannya.
Sifat guru yang baik adlah terbuka, tranparan dan pemurah tidak pelit dalam ilmu bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Ilmu yang di ajarkan dan di berikan kepada orang lain justru manfaatnya akan lebih banyak, ilmu itu malah bertambah dan tidak akan habis.
Konsep keberhasilan dalam pendidikan ada dua :
Pertama ketekunan belajar dengan siapa saja walaupun dengan orang yang lebih muda dan tidak ada rasa gengsi atau malu.
Kedua, pemurah dalam memberi pelajaran atau mengajar kepada orang lain. Keduanya merupakan kewajiban, yakni kewajiban belajar bagi yang belum tau suatu ilmu dan kewajiban mengajar bagi orang yang telah memiliki ilmu.



TAWADLU

TERJEMAHAN HADITS


Dari masruq berkata : kami masuk ke rumah Abdulloh bin mas’ud r.a kemudian ia berkata “wahai sekalian manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu maka hendaklah ia mengatakan apa yang di ketahuinya dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah ia mengatakan : “Alloh lebih mengetahui”, terhadap sesuatu yang tidak di ketahuinya. (HR. Bukhori).
Alloh berfirman kepada nabinya : katakanlah (hai muhammad) : “ aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang yang mengada-adakan. QS.Shod (38) : 86.

PENJELASAN HADITS

Hadits ini memerintahkan kepada manusia siapa saja di antara umat Muhammad Saw terutama para calon guru atau yang sudah menjadi guru agar bersikap tawadhu atau rendah hati dalam ilmu, terutama ketika tidak mengetahui suatu ilmu. Sifat tawadu’ adalah posisi pertengahan antara kesombongan (takabbur) dan rendah diri (mudzillah). Seseorang berilmu tidak boleh sombong dengan ilmunya karena ilmu pemberian tuhan dan tidak boleh merendahkan dirinya sehingga merendahkan ilmu dan pemilik ilmu. Hadits melarang mereka untuk tidak sombong atau takabur sok tahu padahal ia tidak mengetahui apa-apa. Artinya memperlihatkan orang lain bahwa ia seolah-olah tahu, seolah-olah alim padahal tidak mengetahui dan tidak alim.

***

“ dan barang siapa yang mengetahui sesuatu maka hendaklah ia mengatakan apa yang di ketahuinya.”

Kalimat ini perintah menyampaikan ilmu bagi orang yang berilmu, kewajiban tabligh menyampaikan atau menyebarkan ilmu dan tidak boleh menyembunyikan ilmu terutama ketika menghadapi pertanyaan yang harus di jawab atau sangat di butuhkan jawabannya yang bersifat wajib. Ini tentunya bagi orang yang memiliki ilmu yang jelas tidak ada keraguan keilmuannya dan hanya dia yang harus menjawabnya.

***

“dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah ia mengatakan : “Alloh lebih mengetahui”.

Perintah kedua adalah perintah bersiafat tawadu’ rendah hati tidak sombong mengatakan sesuatu yang tidak di ketahui. Hadis ini melarang berbicara bagi orang yang tidak ada ilmunya, lebih baik diam atau secara jantan katakan saya tidak tahu atau lebih tawadu’ katakan wallohu A’lam daripada bicara yang menyesatkan. Demikian juga bagi orang yang ilmunya kurang matang atau ada keraguan kebenarannya, maka lebih baik serahkan kepada ahlinya.
Orang yang mengatakan wallohu A’lam ketika tidak tahu tandanya orang alim, karena ia mengetahui posisi dirinya dan derajat dirinya bahwa ia tidak mengetahui. Orang yang memiliki sifat terpuji ini di percaya oleh masyarakat dan di nilai sebagai orang alim. Berbeda dengan orang yang mengatakan tahu sekalipun ia tahu apalagi ia tidak menegtahui, pada umumnya dinilai sebagai oranga yang tidak tahu, karena kesombongannya.

Syeih al-Islam dalam al-Fatwa al-Hamawiyah yang di kutip oleh al- Asqalaniy menjelaskan, bahwa russaknya dunia dan agama karena empat perkara, yaitu :
a.       Hanya setengah memahami ilmu kalam. Orang yang pengetahuan ilmu kalamnya hanya setengah akan merusak agama dan akidah, karena ilmu kalam yang setengah itu tidak akan sampai kepada tujuan tetapi akan menipu dirinya dan umat.
b.      Setengah memahami hukum islam/fikih. Orang kedua ini akan mengahancurkan negara, karena keputusan di pengadilan akan kacau dan merusak keadilan.
c.       Setengah memahami bahasa. Orang ini akan merusak bahasa karena ia mengira bahasanya sudah benar dan mengira sesuai dengan kaidah bahasa, tetapi menyesatkan pemahaman bagi pembacanya.
d.      Setengah memahami ilmu kedokteran. Berbahaya bagi pasien yang berobat, karena akan terjadi kesalahan dalam resep pengobatan.

Walhasil berfatwa atau berbicara tentang agama bagi orang yang tidak berilmu lebih berbahaya, karena akan menyesatkan umat dari jalan yang lurus dan bencananya dunia akhirat.

***
“Alloh berfiman kepada nabinya.”
Ibnu mas’ud dalam pemberitahuan di atas dalam firman Alloh kepada Nabi-Nya QS.shod (38) : 86: “ aku tidak minta upah kepadamu atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan”. Hadis di atas sekalipun mawaquf di hukumi marfu’ karena ada indikasi (qarinah) hadis lain riwayat ibnu umar mengatakan : “kami dilarang
mengada-ada apa yang kita tidak tau, orang yang melarangnyaadalah Rosululloh SAW.

Maksud ayat diatas, seorang pengajar atau juru dakwah yanga mukhlis karena alloh tidak akan mengada-ada berbuat dusta. Ia akan mengatakan dan menyampaikan apa yang ia ketahui dan tidak mengatakan apa-apa yang tidak ia ketahui atau berbuat dusta. Sikap seperti itu di sebut tawadu’ (rendah hati) yang harus dimiliki oleh setiap manusia terutama pendidik dan da’i.

Bahwa tawadu’ terhadapnya adalah merupakan budi pekerti yang baik.

Alangkah indahnya jika guru dan murid sama-sama tawadu’ saling menghargai dan salin mencintai satu sama lain. Hubungan antara guru murid bukan sekedar hubungan lahir saja akan tetapi hubungan hubungan lahir dan batin, hubungan cinta karena Alloh.
TOLERAN DAN BIJAKSANA

TERJEMAHAN HADIS

Dari Muawiyah bin al-Hakam r.a.: sewaktu aku sholat bersama Rosululloh SAW, tiba-tiba ada seorang laki-laki bersin, aku menjawab: “semoga Alloh merahmatimu”. Lalu orang-orang melototi aku, aku berkata: “celaka aku mengapa kalian memandang aku seperti itu?”. Kemudian mereka memukulkan tangan ke paha mereka, ketika aku melihat mereka menyuruh aku diam dan aku pun diam. Setela rosululloh selesai solat. Demi ayah dan ibuku, saya belum pernah melihat seorang pengajar sebelum dan sesudahnya yang lebih baik dalam pengajarannya daripada beliau. Demi Alloh, beliau tidak memandang aku dengan muka masam, tidak memukul dan tidak memaki aku. Kemudian bersabda: “sesungguhnya sholat itu tidak patut di campur dengan perkataan manusia. Sholat itu adalah tasbih, takbir, dan membaca Al-qur’an. Aku bertanya: “yaa Rosulalloh sesungguhnya aku baru masuk islamdan Alloh telah mendatangkan Islam, sedangkan aku baru masuk islam dan Alloh telah mendatangkan islam, sedangkan diantara kami ada yang mendatangi dukun tenung”. Beliau menjawab: “Demikian itu hanya terkaan hati saja, maka janganlah di perhambat dengan dugaan itu”. (HR. Muslim).

PENJELASAN HADIS

Rosululloh hanya menjelaskan bahwa dalam sholat tidak boleh berbicara, sholat hanyalah membaca tasbih, takbir, dan membca Al-qur’an. Beliau mengakui keabsahan sholat mereka, karena segala kejadian itu terjadi pada awal islam dan mereka tidak di perintah mengulangi sholatnya. Ada beberapa hal yang perlu di catat berkaitan dengan hukum apa yang dilakukan para sahabatdalam sholat pada awal islam:
a.       Hukum tasymit dalam sholat
Orang sholat tetap disunahkan membaca tasymit secara perlahan (sirr) yakni membaca alhamdulilla selesai bersin. Adapun yang menjawab yarhamukalloh haram hukumnya dan membatalakan sholatnyakarena ada interaksi secara langsung kepada pihak ke-2.
b.      Hukum isyarat
Isyarat yang dilakukan sahabat pada hadis di atas ada dua; yaitu isyarat mata melototdan memukul paha. Isyarat mata melotot maknanya marah atau tidak setuju dengan apa yang dilakukan kawannya. Isyarat mata karena hajat boleh dalam sholat tidak makruh, karena mata adalah bagian anggota kecil yang tidak di perhitungkan gerakannya. Adapu pukulan paha yang dilakukan sahabt untuk peringatan kepada Muawiyah agar tidak berbicara dalam sholat. Pukulan paha hanya di lakukan sekali termasuk perbuatan sedikit yang tidak membatalkan sholat, kecuali jika dilakukan tiga kali berturut – turut. Pukulan paha untuk peringatan dimungkinkan terjadi sebelum di isyaratkan membaca tasbih bagi laki-laki dan tepuk tangan bagi wanita (syarah al-Nawawi/5:20).
c.       Berbicara
Kemudian ketika beliau ditanya tentang orang yang mendatangi dukun, beliau menjawab: “ jangan engkau mendatangi mereka”. Keharaman mendatangi dukun secara ijma’, karena pengetahuan mengetahui hal yang gaib, jika kebetulan benar menimbulkan fitnah. Haram mendatangi dukun dan haram membenarkan apa yang dikatakan serta haram mebri sesuatu hadiah kepadanya.
Ketika beliau di tanya tentang meramal nasib dengan burung, beliau menjawab: “demikian itu hanya terkaan hati saja, maka janganlah di perhambat dengan dugaan itu”.

Ramalan nasib dengan burung hanya terkaan dalam hati, manusia tidak bisa terhindar dari padanya. Selama terkaan hati itu tidak di realoisasikan atau tidak di amalkan tidak termasuk mukalaf.

Demikian seorang pendidik yang di berikan Rosululloh SAW pada saat menghadapi kesalahan atau pelanggaran yang di lakukan oleh anak didiknya. Sikap lemat lembut, toleran dan bijaksana akan dapat menyelesaikan masalah. Kesalahan dan pelanggaran tidak harus dihadapi dengan kekerasan dan kekejaman. Justru kekerasan dan kekejaman akan menimbulkan masalah baru dan merusak keberhasilan dalam pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar